Rencana penyidik Ditreskrimum Polda Sultra melakukan otopsi terhadap jasad Abdul Jalil untuk kepentingan penyelidikan mendapat restu keluarga korban. Meski demikian, pihak keluarga mengharapkan agar dokter yang digunakan saat otopsi adalah dokter independen, bukan dokter forensik dari kepolisian. Bahkan, keluarga Jalil siap menghadirkan dokter sendiri untuk terlibat dalam proses otopsi tersebut.
Ibu Abdul Jalil, Rahmatia mengatakan, keluarga korban akan menyetujui jika ada permintaan otopsi. Apalagi bila hasil otopsi tersebut dianggap akan membantu proses penyelidikan dan penyidikan kasus kematian anaknya. “Kami telah berunding dengan keluarga soal itu. Kami setuju. Sekujur tubuh anak saya penuh luka, termasuk luka tembak itu,” ungkap Rahmatia usai memberikan keterangan di Mapolda Sultra, Selasa (14/3/2016).
Penyelidikan terhadap kasus kematian Jalil saat ini terus dilakukan oleh Ditreskrimum Polda Sultra. Polisi kembali melakukan pemeriksaan saksi dari pihak korban. Tiga saksi yang dimintai keterangan yakni Muhammad Abdul Arkam (kakak Jalil), Sahrah (adik Jalil), dan Rahmatia (ibu Jalil). Mereka diperiksa di ruangan Satgas People Smuggling Direktorat Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Polda Sultra, Selasa (14/3/2016).
Rahmatia terlebih dahulu dimintai keterangan kemudian berlanjut ke Zahra dan terakhir kakak korban, Muhammad Abdul Arkam. “Saya dikasih tujuh pertanyaan oleh penyidik. Saya jawab semua. Salah satu pertanyaanya adalah kronologi penangkapan kakak saya,” ungkap Zahra.
“Saya juga jelaskan pada penyidik kalau sekujur tubuh kakak saya (Jalil) dipenuhi luka lebam dan sayatan. Saya diperiksa satu jam setengah. Kalau ibu saya, satu jam. Paling lama itu kakak saya (Muhammad Abdul Arkam) sampai dua jam. Kenapa lama kakak saya diperiksa karena memang kakak saya yang sangat mengetahui kronologi penangkapan almarhum (Jalil, red),” imbuhnya.
Kasubbid PID Polda Sultra, Kompol Dolfi Kumaseh membenarkan pemeriksaan yang dilakukan oleh penyidik Direskrimum kepada keluarga Abdul Jalil. “Memang hari ini (kemarin) adalah jadwal pemeriksaan keluarga Jalil. Sebelumnya diagendakan tanggal 13 Juni, tapi karena ada aksi jadi ditunda dan dilaksanakan hari ini,” ujar Kompol Dolfi Kumaseh.
Terkait rencana permintaan otopsi yang akan dilakukan penyidik kepolisian, keluarga Jalil mendapat dukungan dari berbagai elemen baik Jaringan perempuan usaha kecil (Jarpuk) Kendari, Ketua Aliansi perempuan (Alpen) Sultra, LBH Kendari, maupun Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Sultra. Ibu Jalil selama ini juga menjabat sebagai Ketua Jarpuk Kendari. Rahmatia mengatakan, pihaknya akan melibatkan dokter sendiri. Ia berharap, proses otopsi tidak hanya melibatkan Dokpol Polda Sultra, tapi dokter dari yang akan dihadirkan pihak keluarga. “Bukan kami tidak percaya dengan tim forensik atau Dokpol Polda yang akan melakukan otopsi nanti, tapi untuk mengawasi proses otopsi itu, kami harus melibatkan keluarga kami yang mengerti dalam bidang tersebut,” ungkap Rahmatia.
Ketua Aliansi perempuan (Alpen) Sultra, Hasmida Karim mengatakan, dari awal kematian Abdul Jalil dirinya menawarkan agar jasad tersebut segera diotopsi, namun pihak keluarga menolak dengan pertimbangan jasad nantinya akan dibelah-belah. “Mereka awalnya trauma, namun setelah mengerti pentingnya otopsi akhirnya mereka bisa menerima bila akan dilakukan otopsi. Bila nanti akan dilakukan otopsi, kami nanti akan mencari tim forensik keluarga. Dari pihak BNN RI juga akan membentuk tim untuk terlibat dalam otopsi Abdul Jalil,” jelas Hasmida yang turut mendampingi keluarga Jalil memberikan keterangan di Mapolda Sultra.