Calon Tunggal Kapolri, Tito Karnavian Langkahi Empat Angkatan Akpol

Tak Mau Mati Kena Tembak saat Perang-perangan

Karier Komjen Tito Karnavian meluncur bak roket. Baru tiga bulan menjabat sebagai kepala Badan Nasional Penanggulangan Teror (BNPT), kini Presiden Jokowi secara resmi mengajukannya sebagai calon tunggal Kapolri ke DPR.
MENGENAKAN kaus oblong putih bertuliskan Jakarta Tempo Doeloe dan ditemani istrinya, cerita mengalir dari mulut Achmad Saleh. Ayah Tito itu mengatakan, sejak kecil anaknya adalah orang yang disiplin dan punya semangat tinggi.
Tito merupakan anak kedua dari empat bersaudara pasangan Achmad Saleh dan Kardiah. Tiga saudaranya adalah Prof Diah Natalisa, Iwan Dakota, dan Fifa Argentina. 
Pernah suatu ketika, Tito diajak teman-teman sebayanya nongkrong di Garuda (bioskop Garuda). “Tapi, dia tidak mau main atau ikut nongkrong kalau tugas sekolah atau PR-nya, belum selesai dikerjakan. Pokoknya, tugas harus selesai dulu, baru mau main,” sambungnya.
Semasa kecil pula, lanjut Saleh, Tito senang main perang-perangan. Menurutnya, ketika main, Tito kecil tidak mau “mati” ketika kena tembak oleh teman-temannya saat perang-perangan tersebut. “Kata Tito, yang kena tembak cuma tangannya. Jadi, mana bisa mati,” sebut kakek kelahiran Lubuklinggau 77 tahun lalu itu.
Dua kata dari nama Tito Karnavian, lanjut peraih Ismail Djalili Award pada 27 Oktober 2014 lalu itu, diambil dari dua sumber. Tito, diambil dari nama Presiden Yugoslavia, Josip Broz Tito yang punya hubungan pertemanan sangat akrab dengan Presiden Soekarno. 
Kedua presiden ini, lanjut dia, adalah penggagas Gerakan Non-Blok pada 1961. Kebetulan, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Non-Blok pertama diadakan di ibu kota Yugoslavia, Beograd. “Saya mengagumi Josip Broz Tito dan Soekarno,” bebernya.
Sedangkan Karnavian, diambil dari kata karnaval. “Saya juga sering mengurusi karnaval mahasiswa. Salah satunya karnaval di Pusri. Jadi, Karnavian itu saya ambil dari kata karnaval,” papar mantan penyiar Radio Republik Indonesia (RRI) itu.
Tito disebutnya juga gemar membaca. Terutama cerita-cerita petualangan atau kepahlawanan di Amerika. “Cerita-cerita detektif, dia juga senang. Dia memang rajin membaca,” ujarnya. 
Sedangkan Tito lahir di Palembang pada 51 tahun lalu. Dia SD 36 di kawasan Tangga Buntung Ilir. Kemudian pindah ke SD Xaverius 4 Palembang hingga ke tingkat SMP Xaverius 2 Palembang. Sedangkan untuk tingkat SMA, Tito di SMA 2 Palembang.
“Sama seperti anak-anak yang lainnya, Tito juga suka main layangan. Tapi, sebelum pindah di rumah ini, kami sekeluarga pernah tinggal di Tangga Buntung 36 Ilir, jadi masa kecil Tito itu sering sekali berenang di Sungai Musi bersama teman-teman sebayanya. Bahkan kalau lagi berenang, Tito kecil dulu bisa menyeberangi Sungai Musi,” ucap Saleh.
Dari masa kecil hingga masa remaja Tito, Saleh mengatakan, Tito memang anak yang memiliki tekad kuat dan komitmen dalam setiap usaha yang dijalaninya. Bahkan memiliki rasa persaudaraan yang tinggi dengan saudara-saudaranya.
Suatu ketika, Saleh pernah khawatir. Bukan soal penangkapan yang dilakukan Tito terhadap dua gembong teroris Azhari Husein (tahun 2005) dan Noordin M Top (2009), tapi khawatir ketika Tito bertugas memimpin Polda Papua. “Saya khawatir dengan ancaman separatis di Papua. Deg-degan, apalagi medan di sana sangat berat. Tapi, alhamdulillah, dua tahun tugas di Papua selesai juga,” urainya.
Meski jarang pulang, Tito selalu rutin menanyakan kesehatan orangtua. “Kami juga maklum dengan tugasnya yang begitu banyak,” ucapnya. Saleh berpesan pada anaknya, yaitu, jalani tugas dengan penuh tanggung jawab. “Tidak usah pedulikan persaingan. Terima apa adanya. Jika diberi amanah, jalani dengan tanggung jawab,” harapnya. 
Sampai saat ini, Tito masih terus berkomunikasi dengan Saleh dan saudara-saudaranya. “Tito memanggil saya ayah. Tito kalau bertugas selalu izin dan minta doa kepada keluarganya. Seperti di Poso, Papua bahkan saat bertugas menangkap teroris. Tito kalau telepon bilang, ayah, Tito mau tugas, tolong doanya,” beber Saleh.
Selain Tito, istrinya Tri Suswati juga merupakan alumnus SMA 2 Palembang. Baik Tito maupun Sri, sama-sama jurusan IPA.
Tito jadi salah satu kebanggaan sekolah karena pernah menjadi ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). “Dia aktif di organisasi. Jiwa kepemimpinannya memang sudah terlihat sejak sekolah. Saya benar-benar bangga dengannya,” kata Budiono, guru olahraga Tito di SMA 2 Palembang.
Karier Tito yang meluncur bak roket membuatnya melangkahi empat angkatan Akademisi Polisi (Akpol) sekaligus yang notabenenya merupakan seniornya, dari Akpol 1983 hingga 1986.
Dari empat angkatan yang dilangkahi Tito, ada satu sosok yang selama ini dipandang cukup berpengaruh. Yakni, Wakapolri Komjen Budi Gunawan. Karena itu, sejumlah pihak memprediksi soliditas Polri nanti akan bergantung pada kerelaan Budi Gunawan.
Selain itu, sejumlah bintang tiga lainnya, yakni Irwasum Komjen Dwi Priyatno, Kabaharkam Komjen Putut Eko Bayuseno, Kepala BNN Komjen Budi Waseso, Kalemdikpol Komjen Syafruddin dan Sekretaris Utama Lemhannas Komjen Suhardi Alius. Tito tercatat sebagai bintang tiga termuda di kepolisian.
Kemarin, Mensesneg Pratikno ke DPR mengirim surat pengajuan Tito menjadi Kapolri ke DPR. Saat dikonfirmasi, Juru Bicara Presiden Johan Budi SP membenarkan informasi tersebut. “Nama yang diajukan Presiden adalah Komjen Pol Tito Karnavian,” ujarnya.
Dalam memilih Tito, Presiden sudah merujuk pada UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri. Dia juga mengingatkan bahwa penunjukan sosok yang menjabat Kapolri sepenuhnya merupakan wewenang dan hak prerogatif Presiden.
Meski demikian, dalam menunjuk Tito, Presiden juga terlebih dahulu mendengar masukan berbagai pihak. Baik Kompolnas, Polri selaku organisasi induk Tito, maupun masukan dari publik.
Johan menuturkan, selain meminta masukan, pertimbangan lain Presiden menunjuk Tito adalah untuk meningkatkan profesionalisme Polri dan memperbaiki kualitas penegakan hukum. Terutama, pada kasus-kasus kejahatan luar biasa seperti terorisme, narkoba, dan korupsi. Penunjukan Tito juga untuk kepentingan sinergi dengan penegak hukum lainnya.
“Nama Tito adalah salah satu dari beberapa nama yang diajukan Kompolnas kepada Presiden,” tambah mantan pimpinan KPK itu. Hanya, Johan tidak menyebutkan berapa nama dan siapa saja calon Kapolri yang diajukan Kompolnas ke Presiden.
Nama Tito sangat mungkin baru diusulkan oleh para anggota Kompolnas yang baru, sebab para pengurus Kompolnas yang lama tidak memasukkan nama dia ke bursa calon Kapolri. “Dia masih terlalu muda,” ujar mantan anggota Kompolnas M Nasser.
Bila Tito disetujui oleh parlemen, maka dia berpotensi menjadi Kapolri dalam jangka waktu cukup lama. Sebab, dia baru akan pensiun per 1 November 2022 atau enam tahun dari sekarang.
Selama kariernya, Tito banyak berkecimpung di bidang reserse sebelum ditugaskan ke Densus 88 Antiteror Polri pada 2005. Dia kemudian ditunjuk menjadi Kadensus pada 2009. Dari sisi kepemimpinan wilayah, Tito pernah memimpin dua polda tipe A, yakni Polda Papua selama dua tahun dan Kapolda Metro Jaya selama sembilan bulan sebelum akhirnya menjadi kepala BNPT.

Tinggalkan Komentar