Kapolda Sultra Nobar Film Sang Prawira, Kisah Anak Kampung Lulus Akpol

sultra.tribratanews.com – Setelah sebelumnya jajaran personel Polda Sultra menggelar nobar film Hanya Manusiawi, kali ini Kapolda Sultra Brigjen Pol Drs Merdisyam M.Si juga ikut nonton bareng film bertemakan kepolisian yakni Sang Prawira yang digelar oleh Biro SDM Polda Sultra di CineMaxx Lippo Plaza Kendari, Sabtu 7 Desember 2019.

Dilansir dari liputan6 dan tirto.id, pihak MRG Films bekerja sama dengan Mabes Polri meluncurkan film Sang Prawira. Sesuai judulnya, film ini mengisahkan perjuangan seorang pemuda yang menjalani pendidikan kepolisian.

Digarap sutradara Ponti Gea, Sang Prawira melibatkan para perwira kepolisian daerah Sumatera Utara sebagai pemainnya, setidaknya ada tiga anggota kepolisian yang tampil.

Para perwira yang menjadi aktor dalam Sang Prawira rata-rata berpangkat Ipda (Inspektur Dua Polisi). Mereka adalah Ipda Adityo ACP, Ipda Dimas Adit S, dan Ipda M Fauzan Yonnadi. Selain para perwira kepolisian, Sang Prawira juga menggandeng aktris muda Anggika Bolsterli.

Selain itu, Sang Prawira juga menampilkan akting sejumlah pejabat. Mereka adalah Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly, Gubernur Jawa tengah Ganjar Pranowo, Menko Maritim Luhut Panjaitan, serta Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian.

Kisah film berjenis drama ini menyorot seorang pemuda desa dari pinggiran Danau Toba yang bertekad untuk mengejar cita-citanya sebagai anggota polisi.

Perbedaan pendapat dalam satu keluarga pun ditonjolkan, terutama keputusan tokoh utamanya untuk mengenyam pendidikan lanjutan untuk pelajar SMA.

Tokoh utama dalam kisah ini adalah Horas yang merupakan seorang pemuda yang lahir di sebuah kampung di tepian Danau Toba.

Keadaan keluarga yang tergolong kekurangan membuat ayahnya mengharapkan Horas menjadi pengusaha, agar bisa mengangkat status ekonomi keluarganya. Sehingga tidak perlu lagi bersusah-susah dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Sayangnya, Horas berpikir lain, dia ingin menjadi seorang polisi. Menjadi polisi yang menjaga keamanan masyarakat dan menjadi salah satu upaya mengabdi pada negara.

Pengabdian kepada negara baginya lebih penting daripada urusan pribadi, mungkin itu yang terpikirkan oleh Horas.

Tentu jalan untuk menggapai cita menjadi lebih berat dengan penentangan ayahnya. Tapi tetap saja, Horas berjuang untuk meraihnya. Keadaan ini semakin sulit saat Horas juga harus mengurus kisah cintanya dengan Nauli (Anggika Bolsterli), kisah cinta yang romantis tetapi sangat rumit.